LINK GUNADARMA

Banner Link Gunadarma

Sabtu, 18 Juni 2016

Tugas 4 Psikoterapi (Review Terapi)



  1. Terapi Psikoanalisa

·         Tokoh        : Sigmund Freud

Aliran psikoanalisis dari Sigmund Freud berasumsi bahwa energi penggerak awal perilaku manusia berasal dari dalam diri manusia yang terletak jauh di alam bawah sadar dan itulah sebabnya mengapa seringkali banyak penyakit fisik yang disebabkan oleh tertekannya psikologis seseorang. Terapi psikoanalisis bertujuan untuk membentuk kembali struktur karakter individu dengan jalan membuat kesadaran yang tidak disadari di dalam diri klien. Beberapa teknik yang terdapat dalam terapi psikoanalisis diantaranya adalah asosiasi bebas, penafsiran, analisis mimpi, analisis resistensi, dan analisis transferensi.

·         Kelebihan
Terapi psikoanalisa memiliki dasar teori yang kuat dan dapat mengungkap masalah klien dari masa lalunya sehingga klien dapat mengetahui dan mengenali masalah yang sebenarnya tidak disadarinya. Terapis dapat mengungkap masa lalu klien lebih dalam dan menyeluruh dibanding dengan terapi lainnya.

·         Kekurangan
Diperlukan waktu yang cukup lama untuk melakukan terapi psikoanalisa sehingga dapat membuat klien menjadi jenuh dan memakan biaya yang tidak sedikit bagi klien. Kemampuan terapis juga harus handal, menguasai, dan terlatih dalam melakukan terapi psikoanalisa agar dapat mengungkapkan masalah masa lalu kliennya.


  1. Terapi Humanistik Eksistensialis

·         Tokoh        : tidak terikat pada salah seorang pelopor, akan tetapi eksistensial memiliki banyak pengembang, tetapi yang populer adalah Victor Frankl, Rollo May, irvin Yalom, James Bugental, dan Medard Boss.

Terapi Eksistensial Humanistik berfokus pada situasi kehidupan manusia di alam semesta, yang mencakup tanggung jawab pribadi, kecemasan sebagai unsur dasar dalam kehidupan batin. Usaha untuk menemukan makna diri kehidupan manusia, keberadaan dalam komunikasi dengan manusia lain, kematian serta kecenderungan untuk mengembangkan dirinya semaksimal mungkin. Teknik-teknik yang digunakan dalam terapi ini, yaitu Penerimaan, Rasa Hormat, Memahami, Menentramkan, Memberi Dorongan, Pertanyaan Terbatas, Memantulkan Pernyataan dan Perasaan Klien, Menunjukan Sikap yang Mencerminkan Ikut Merasakan Apa yang Dirasakan Klien, Bersikap Mengijinkan Untuk Apa Saja yang Bermakna.

·         Kelebihan
Terapi ini dapat digunakan bagi klien yang mengalami kekurangan dalam perkembangan dan kepercayaan diri. Adanya kebebasan klien untuk mengambil keputusan sendiri. Pendekatan terapi eksistensial lebih cocok digunakan pada perkembangan klien seperti masalah karier, kegagalan dalam perkawinan, pengucilan dalam pergaulan ataupun masa transisi dalam perkembangan dari remaja menjadi dewasa

·         Kekurangan
Terapi Humanistik eksistensial dalam pelaksanaannya tidak memiliki teknik yang tegas. Terlalu percaya pada kemampuan klien dalam mengatasi masalahnya (keputusan ditentukan oleh klien sendiri), dan memakan waktu yang cukup lama.


  1. Terapi Client Centered Therapy

·         Tokoh : Carl R. Rogers

Terapi client centered sebagai reaksi terhadap apa yang disebutnya keterbatasan-keterbatasan mendasar dari psikoanalisis. Pada hakikatnya, pendekatan client centered adalah cabang dari terapi humanistik yang menggaris bawahi tindakan mengalami klien berikut dunia subjektif dan fenomenalnya. Menurut Rogers yang dikutip oleh Gerald Corey menyebutkan bahwa:’ terapi client centered merupakan teknik konseling dimana yang paling berperan adalah klien sendiri, klien dibiarkan untuk menemukan solusi mereka sendiri terhadap masalah yang tengah mereka hadapi. Hal ini memberikan pengertian bahwa klien dipandang sebagai partner dan konselor hanya sebagai pendorong dan pencipta situasi yang memungkinkan klien untuk bisa berkembang sendiri.

·         Kelebihan
Terapi ini membantu klien untuk memahami diri kilen agar mampu menyelesaikan masalahnya secara mandiri dan menentukan hidupnya sendiri.

·         Kekurangan
Terapi ini berpusat pada klien yang terlalu sederhana dan dirasa terlalu luas sehingga tidak memperhatikan diri klien selain itu sulit bagi terapis untuk bersifat netral dalam situasi hubungan interpersonal.


  1. Logoterapi

·         Tokoh        : Frankl

Logoterapi secara umum dapat digambarkan sebagai corak psikologi/psikiatri yang mengakui adanya dimensi kerohanian pada manusia disamping dimensi ragawi dan kejiwaan, serta beranggapan bahwa makna hidup (the meaning of life) dan hasrat untuk hidup bermakna (the will of meaning) merupakan motivasi utama manusia guna meraih taraf kehidupan bermakna (the meaningful life) yang didambakannya. Logoterapi bertujuan agar klien dapat meraih hidup bermakna dan mampu mengatasi secara efektif berbagai kendala dan hambatan pribadi. Beberapa teknik yang terdapat dalam logoterapi diantaranya adalah persuasif, intensi paradoksikal, derefleksi, dan bimbingan ruhani (medical ministry).

·         Kelebihan
Logoterapi ini dapat menolong klien untuk menemukan tujuan dan maksud dalam hidupnya dengan memperlihatkan bernilainya tanggung jawab dan tugas-tugas tertentu. Selain itu, klien dapat meraih hidup yang bermakna, serta mampu mengatasi berbagai kendala dan hambatan pribadi yang dialami klien dengan menyadari dan memahami, serta merealisasikan berbagai potensi dan sumber daya kerohanian yang dimiliki.

·         Kekurangan
Terdapat beberapa klien yang tidak dapat menunjukkan makna hidupnya, sehingga menimbulkan suatu kebosanan yang merupakan ketidakmampuan seseorang untuk membangkitkan minat apatis, hampa, perasaan tanpa makna, meragukan kehidupan, dan merasa kehilangan tujuan hidup. Hal seperti ini dapat menyulitkan terapis untuk melakukan terapi pada klien tersebut.


  1. Terapi RET (Rational Emotive Therapy)

·         Tokoh : Albert Ellis

RET dibangun berdasarkan filosofi bahwa “apa yang mengganggu jiwa manusia bukanlah peristiwa-peristiwa tetapi bagaimana manusia itu mereaksi atau berprasangka terhadap peristiwa-peristiwa tersebut”. RET tidak memusatkan perhatian kepada peristiwa-peristiwa masa lalu tetapi lebih kepada peristiwa yang terjadi saat ini dan bagaimana reaksi terhadap peristiwa tersebut. Rational emotive therapy juga percaya bahwa saat manusia mempunyai pilihan, mampu mengontrol ide-idenya, sikap, perasaan, dan tindakan-tindakannya serta mampu menyusun kehidupannya menurut kehendak atau pilihannya sendiri. RET didasari asumsi bahwa manusia itu dilahirkan dengan potensi rasional dan juga irasional.

·         Kelebihan
Rational Emotive Therapy (RET) dapat membantu klien untuk memperoleh filsafat hidup yang lebih realistik. Selain itu, Rational Emotive Therapy (RET) juga dapat membantu klien untuk menghilangkan pikiran-pikiran yang tidak rasional dan menggantinya dengan pikiran yang rasional dan logis.

·         Kekurangan
Terdapat klien yang terlalu berprasangka terhadap logika, sehingga sulit untuk menerima analisis secara logika. Kemudian, seseorang dalam memandang sesuatu yang dianggap tidak rasional terkadang berbeda-beda, sehingga dapat menimbulkan kesalahan dalam menganalisa masalah. Selain itu, terapis perlu mengenal dirinya sendiri dengan baik dan berhati-hati agar tidak memaksakan filsafat hidupnya sendiri kepada kliennya.


  1. Terapi Perilaku (Behaviour Therapy)

·         Tokoh        : Pavlov dan Skinner

Terapi perilaku diarahkan pada tujuan-tujuan memperoleh perilaku baru, penghapusan perilaku yang maladaptif, serta memperkuat dan mempertahankan perilaku yang diinginkan. Tujuan umum terapi perilaku adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar. Dasar alasannya, yaitu bahwa segenap perilaku adalah dipelajari (learned), termasuk perilaku yang maladaptif. Beberapa teknik yang terdapat dalam terapi perilaku (behaviour therapy) diantaranya adalah desensitisasi sistematis, terapi implosif, latihan asertif, terapi aversi, dan token ekonomi.

·         Kelebihan
Terapi perilaku (behaviour therapy) dapat membantu klien untuk menghilangkan perilaku atau respon yang maladaptif, memperoleh perilaku baru, serta memperkuat dan mempertahankan perilaku yang diinginkan. Waktu terapi relatif singkat. Kolaborasi yang baik antara terapis dan klien dalam penetapan tujuan dan pemilihan teknik.

·         Kekurangan
Terapi behavior bersifat dingin (kaku), kurang menyentuh aspek pribadi, dan mengabaikan hubungan antar pribadi, lebih menekankan pada teknik, perubahan klien hanya berupa gejala yang dapat berpindah kepada bentuk perilaku yang lain sehingga tidak mementingkan penyebab perilaku itu sendiri. Terapi ini dapat mengubah perilaku tetapi tidak mengubah perasaan.


  1. Terapi Kelompok (Group Therapy)

Terapi kelompok membentuk perubahan terhadap klien, khususnya perubahan perilaku di dalam kelompok. Partisipasi pasien dalam terapi kelompok memberi kemungkinan kepadanya melepaskan tegangan dan mengalami abreaksi karena menghidupkan kembali sejumlah kejadian yang mengandung emosi. Dalam beberapa bentuk terapi kelompok yang lebih intensif, analisis hubungan transferensi (transference relationship) yang berkembang dalam kelompok akan terjadi. Beberapa teknik yang terdapat dalam terapi kelompok (group therapy) diantaranya adalah psychodrama techniques, T-Group techniques, encounter techniques, behavioral techniques, serta dance and art therapy.

·         Kelebihan
Terapi kelompok (group therapy) ini dapat membantu klien untuk mengungkapkan perasaan-perasaan tentang konflik, kemarahan, agresi, perasaan bersalah, dan kesedihan. Terapi ini juga dapat membantu mengembangkan kesadaran diri dengan berfokus pada cara bagaimana para anggota kelompok berhubungan satu sama lain dalam suatu situasi dimana didorong untuk mengungkapkan perasaan-perasaan secara terus-terang. Selain itu, terapi kelompok (group therapy) juga dapat memberikan pandangan yang luas dan berbagai macam alternatif pemecahan masalah. Dukungan yang diberikan oleh sesama anggota kelompok dalam terapi kelompok (group therapy) mungkin akan memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap peningkatan harga diri dan kepercayaan diri. Anggota kelompok yang sudah menunjukkan peningkatan yang lebih baik akan menjadi sumber pengharapan bagi anggota lain dalam kelompok untuk menjadi lebih baik pula.

·         Kekurangan
Karena setiap orang memiliki karakter yang berbeda-beda, maka terkadang sulit dalam menjalin hubungan antar anggota dalam terapi kelompok (group therapy) dan terkadang sulit pula untuk menumbuhkan kepercayaan dalam diri klien. Terapi kelompok (group therapy) juga dapat menimbulkan rasa ketidaknyamanan dalam diri klien yang lebih menginginkan adanya hubungan personal dengan terapis dalam melakukan terapi. Selain itu, terkadang klien dapat sangat bergantung dan berharap terlalu banyak pada kelompok.

Kamis, 19 Mei 2016

Tugas 3 Psikoterapi

A.      Terapi Behavior (Behavior Therapy)

            1.       Konsep Dasar
                Terapi behavior adalah salah satu teknik yang digunakan dalam menyelesaikan tingkah laku yang ditimbulkan oleh dorongan dari dalam dan dorongan untuk memnuhi kebutuhan hidup, yang dilakukan melalui proses belajar agar bisa bertindak dan bertingkah laku lebih efektif, lalu mampu menghadapi situasi dan masalah dengan cara yang lebih efektif dan efisien.

            2.       Unsur-Unsur Terapi Behavior
a.       Tujuan Terapi
        Tujuan terapi behavior secara umum adalah untuk belajar menciptakan kondisi baru dengan asumsi bahwa belajar dapat memperbaiki masalah perilaku dan untuk meningkatkan kehidupan pribadi yang lebih efektif.

b.      Fungsi dan Peran Terapis
1)      Secara sistematis berusaha untuk mendapatkan informasi tentang anteseden situasional, dimensi perilaku masalah, dan konsekuensi dari masalah.
2)      klarifikasi masalah klien bersama dengan klien
3)      merencanakan target perilaku
4)      memformulasikan tujuan terapi
5)      mengidentifikasi kondisi
6)      melaksanakan rencana
7)      evaluasi keberhasilan dari perubahan rencana
8)      melakukan tindak lanjut asesmen.
        Fungsi lain yang penting sebagai terapis adalah menjadi role modeling bagi klien. Salah satu proses dasar dimana klien belajar perilaku baru adalah melalui imitasi. Terapis sebagai pribadi menjadi model yang signifikan.

c.       Pengalaman Klien dalam Terapi
        Klien harus termotivasi untuk berubah dan harus bersedia untuk bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan terapi, baik selama sesi terapi dan dalam kehidupan sehari-hari. Jika klien tidak termotivasi, kemungkinan tipis bahwa terapi akan berhasil. Setelah terapi behavior sukses, klien mengalami peningkatan dalam memilih untuk berperilaku dengan baik secara pribadi.

d.      Hubungan antara Terapis dan Klien
        Pada terapi behavior, faktor seperti kehangatan, empati, keaslian, permisif, dan penerimaan yang diperlukan, tetapi tidak cukup untuk perubahan perilaku. Terapis behavior cenderung aktif dan direktif dan berfungsi membantu memecahkan masalah, Terapis juga harus bisa mendapatkan respect dari klien.

               3.       Teknik-Teknik Terapi Behavior
                Untuk mencapai tujuan dalam proses konseling diperlukan teknik-teknik yang digunakan untuk pengubahan perilaku.
a.       Desensitisasi sitematis
        Desensitisasi sistematis merupakan teknik relaksasi yang digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuan secara negatif, biasanya berupa kecemasan, dan menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan dengan cara memberikan stimulus yang secara perlahan dan santai.

b.      Terapi implosif
        Terapi implosif dikembangkan atas dasar pandangan tentang seseorang yang secara berulang-ulang dihadapkan pada situasi kecemasan dan konsekuensi-konsekuensi yang menakutkan ternyata tidak muncul, maka kecemasan akan hilang. Atas dasar itu klien diminta untuk membayangkan stimulus-stimulus yang menimbulkan kecemasan.

c.       Latihan perilaku asertif
        Latihan perilaku asertif digunakan untuk melatih individu yang mengalami kesulitan untuk menyatakan dirinya bahwa tindakannya layak atau benar.

d.      Pengkondisian aversi
        Teknik pengkondisian diri digunakan untuk meredakan perilaku simptomatik dengan cara menyajikan stimulus yang tidak menyenangkan, sehingga perilaku yang tidak dikehendaki tersebut terhambat kemunculannya.

e.      Pembentukkan perilaku model
        Perilaku model digunakan untuk membentuk perilaku yang sudah terbentuk dengan menunjukkan kepada klien tentang perilaku model audio, model fisik, atau lainnya yang dapat diamati dan diahami jenis perilaku yang akan dicontoh.

f.        Kontrak perilaku
        Kontrak perilaku adalah persetujuan antara dua orang atau lebih untuk mengubah perilaku tertentu pada klien. Dalam terapi nin konselor memberikan ganjaran positif yang penting dibandingkan memberikan hukuman jika kontrak tidak berhasil.

g.       Token ekonomi
        Token ekonomi dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku apabila persetujuan dan pemerkuat yang tidak bisa diraba lainnya tidak memberikan pengaruh. Dalam token ekonomi, tingkah laku yang layak bisa diperkuat dengan perkuatan yang nyata yang nantinya bisa ditukarkan dengan objek atau hak istimewa yang diinginkan. Tujuan prosedur ini adalah mengubah motivasi yang ekstrinsik menjadi motivasi yang intrinsik. Diharapkan bahwa perolehan tingkah laku yang diinginkan akhirnya dengan sendirinya akan menjadi cukup mengganjar untuk memelihara tingkah laku yang baru.
B.      Terapi Rasional Emotif (Rational-Emotive Therapy)

  1. Konsep Dasar Pandangan Rasional Emotif tentang Perilaku/Kepribadian
                Terapi rasional-emotif ini didasarkan pada asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi rasional, berpikir lurus dan tidak rasional, berpikir tidak lurus. Orang memiliki kecenderungan untuk mempertahankan diri, kebahagiaan, pemikiran dan verbalisasi, penuh kasih,bertemu dengan orang lain, berpertumbuh dan aktualisasi diri. Manusia juga memiliki kecenderungan untuk penghancuran diri, menghindari pemikiran, penundaan, pengulangan tanpa akhir dari kesalahan, intoleransi, perfeksionisme dan menyalahkan diri sendiri, dan menghindari mengaktualisasikan potensi selama perkembangan.

  1. Unsur-Unsur Terapi Rasional Emotif
                Unsur-unsur terapi rasional emotif menurut Corey (1982) adalah sebagai berikut:

Tujuan Terapi
        Ellis (1979) mengelompokkan arah dari RET terhadap klien:
1)      Self-Interest =  tanpa menjadi benar-benar diserap ke dalam diri mereka, orang yang sehat secara emosional memiliki kapasitas untuk tertarik pada diri mereka sendiri.
2)      Social-Interest =  manusia jarang memilih untuk menyendiri, dan mereka memiliki kepentingan dalam hidup secara efektif dengan orang lain dalam kelompok sosial.
3)      Self-Direction =  meskipun secara emosional orang yang sehat mungkin lebih suka kerjasama dan dukungan orang lain, namun mereka tidak menuntut dukungan ini. mereka mampu memikul tanggung jawab untuk kehidupan mereka sendiri, dan mereka dapat bekerja untuk memecahkan secara independen sebagian besar masalah mereka sendiri.
4)      Tolerance = orang dewasa dapat tidak menghukum kesalahan orang lain atas perilaku orang tersebut.
5)      Flexibility =  orang sehat tetap fleksibel dalam ide-ide mereka, terbuka untuk berubah.
6)      Commitment =  individu yang sehat memiliki kapasitas untuk menjadi benar-benar diserap dalam sesuatu di luar diri mereka sendiri.
7)      Self-Acceptance =  orang sehat menerima diri karena mereka masih hidup, dan mereka menghindari mengukur diri mereka dengan prestasi eksternal dari evaluasi orang lain.

  1. Teknik-Teknik Terapi Rasional Emotif
a.       Cognitive Methods
                RET sangat bergantung pada pemikiran, berselisih, berdebat, menantang, menafsirkan, menjelaskan, dan pengajaran. Berikut adalah beberapa teknik kognitif yang dapat dilakukan oleh terapis:
1)      Disputing of Irrational Beliefs: metode kognitif yang paling umum dari RET terdiri dari aktif/direktif menentang keyakinan irasional klien. Terapis menunjukkan klien bahwa mereka terganggu bukan karena peristiwa atau situasi tertentu tetapi karena persepsi klien tentang peristiwa dan karena sifat dan pernyataan terhadap diri mereka. Terapis menantang keyakinan irasional dengan mengajukan pertanyaan seperti: dimanakah bukti keyakinan Anda? mengapa hidup anda bisa mengerikan jika hidup tidak seperti yang Anda inginkan?
2)      Cognitive Homework: klien diberikan tugas, yang merupakan cara untuk melacak keharusan absolut yang merupakan bagian dari diri mereka. Seperti orang dengan bakat akting, namun takut berada di depan banyak orang karena takut gagal, orang tersebut diminta latihan melakukan sedikit akting di panggung, lalu terapis memberi pesan kepada orang tersebut untuk mengatakan sesuatu seperti: "saya bisa akting, saya akan melakukan yang terbaik yang saya dapat lakukan, tidak ada orang yang seperti saya, dan ini bukanlah akhir dari dunia."
3)      Client's Disputing of an Irrational Belief: dengan teknik ini, klien melakukan satu hal yang menjadi irasionalitas utama setiap hari selama sedikitnya sepuluh menit. Klien melakukan hal tersebut sampai keyakinan irasional tidak lagi berusaha ditahan, atau sampai berkurang.
4)      Bibliotherapy: meminta klien untuk membaca literatur rasional-emotif, yang dirancang untuk membantu mereka dalam proses restrukturisasi kognitif.
5)      Employing New Self-Statements: setelah klien belajar untuk melawan keyakinan merusak diri sendiri, kemudian melakukan pengajaran yang mengarah ke pernyataan rasional dan asumsi yang konstruktif.

b.      Emotive Techniques
                Secara emotif, terapis menggunakan berbagai prosedur, termasuk penerimaan tanpa syarat, rasional-emotif bermain peran, modeling, self-statements, citra rasional-emotif, dan latihan menyerang rasa malu. Klien diajarkan nilai penerimaan diri tanpa syarat. Meskipun perilaku mereka mungkin sulit untuk menerima, mereka sebagai pribadi memiliki nilai intrinsik. Mereka diajarkan bagaimana merusak itu adalah untuk menempatkan diri merasa kekurangan. Salah satu teknik utama mengajar klien penerimaan diri adalah modeling.

c.       Behavioral Techniques
                Praktisi biasanya menggunaka operant conditioning, self-management principles, systematic desensitization, instrumental conditioning, biofeedback, teknik relaksasi, dan modeling. Klien benar-benar melakukan hal-hal baru dan sulit, dan dengan cara ini mereka menempatkan pengetahuan mereka dengan bentuk tindakan nyata.

C.      Terapi Kelompok (Group Therapy)
  1. Konsep Dasar
                Fokus dari terapi kelompok adalah pada terapi yang dilakukan pada dinamika kelompok dan kemampuan interpesonal, bukan pada perubahan kepribadian dasar. Terapi kelompok lebih berfokus pada perbaikan dan rekonstruksi sifat dari pada pengelolaan masalah perkembangan yang sedang terjadi. Karena populasi klien yang cenderung menderita masalah emosional yang lebih parah, penawaran psikoterapi kelompok dengan kesulitan masalalulah yang menghambat fungsi saat ini.
                Terapi kelompok biasanya mencoba untuk membantu peserta untuk mengalami kembali situasi yang menyakitkan dan untuk mengekspresikan perasaan secara intensif, seperti kebencian intens. karena ini pengalaman traumatis yang muncul kembali dalam kelompok, peserta mendapatkan wawasan tentang bagaimana masalalu mereka yang penuh dinamika secara sadar mengganggu fungsi kelompok. Terapi ini cenderung dilakukan dengan durasi yang relatif lama. Terapi kelompok dapat didasarkan pada berbagai model terapi termasuk psikoanalisis, behavior, dan kerangka kerja fenomenologis.

  1. Unsur-Unsur Terapi Kelompok
a.       Tujuan terapi
        Meningkatkan identitas diri, menyalurkan emosi dna membagi perasaan antar sesama didalam kelompok, meningkatkan keterampilan hubungan sosial, meningkatkan kemampuan hidup mandiri.

b.      Fungsi Terapis
        Wolf (1963) menemukan fungsi-fungsi lain dari konselor sebagai pemimpin kelompok, yaitu :
1)      Berusaha untuk mengakui kesalahan sendiri dan merasa rela memberikan beberapa fungsi kepemimpinan kepada para anggota kelompok, apabila fungsi itu mempunyai manfaat terapeutik bagi kelompoknya.
2)      Menghindari sikap diktator dan gaya kepemimpinan yang memojokkan anggota untuk mengikuti pendapat terapis.
3)      Menyambut baik pernyataan pengalihan dalam kelompok sebagai kesempatan untuk keberhasilan kerja.
4)      Membimbing anggota ke arah kesadaran penuh dan ke arah integrasi sosial.
5)      Melihat kelompok yang dipimpinnya sebagai wahana yang mempunyai potensi yang kuat.
6)      Mengakui kemampuan potensial para anggota kelompok dalam menafsirkan dan mengintegrasikan materi yang dihasilkan oleh anggota lain dan mengakui kemampuan mereka untuk mendekati kebenaran yang tidak disadarinya.
7)      Waspada terhadap perbedaan individual di dalam kelompoknya.
8)      Menggunakan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan konflik di dalam kelompok.
9)      Mempertahankan sikap optimis apabila kelompok mulai merasa bimbang.
10)   Memberi contoh mengenai kesederhanaan, kejujuran dan bertindak langsung.
11)   Menciptakan suasana emosional yang bebas dengan membuka perasaannya.

  1. Teknik-Teknik Terapi Kelompok
                Menurut Brammer, Shostrom dan Abrego (1994), teknik-teknik dalam terapi kelompok adalah sebagai berikut:
a.       Psychodrama Techniques
        Psikodrama sebagai teknik bermain peran untuk membantu klien dengan menerapkan adegan dari masalah mereka yang akan meningkatkan pemahaman mereka tentang konflik mereka.
        Bermain peran akan membantu klien memperoleh perspektif yang lebih baik dari diri mereka sendiri dan orang lain. dapat digunakan, misalnya, untuk berlatih menghadapi situasi sosial yang sulit klien.
        Bahkan ketika bisa digunakan dalam situasi kelompok pekerja yang memenuhi syarat, penekanan harus ditempatkan pada kenyataan bahwa banyak komplikasi dapat timbul jika tidak dilakukan dengan benar. Bach (1954) memperingatkan efek traumatis kemungkinan akan tereksternalisasi mengancam melalui bermain peran.

b.      T-Group Techniques
        Salah satu kontribusi utama dari Training (T) kelompok untuk para klien memahami proses pengambilan keputusan mereka sendiri. Kelompok diberikan daftar 15 barang dan diminta untuk mengurutkan peringkat barang-barang tersebut dimulai dari hal yang penting bagi mereka untuk bertahan hidup. Kelompok ini kemudian diminta untuk berdiskusi mengenai pengalaman mereka, mengeksplorasi pola kepemimpinan, resolusi konflik, dan proses pengambilan keputusan.

c.       Encounter Techniques
        Teknik encounter (pertemuan) dimanfaatkan untuk meningkatkan kesadaran diri. Misalnya, digunakan untuk memperluas kesadaran sensorik dan kepercayaan interpersonal. Peserta secara berpasangan diminta untuk memandu pasangan dengan mata tertutup dan menggunakan tangan untuk mengeksplorasi sambil berjalan. Memandu untuk melindungi pengikut/pasangannya dari setiap langkah menuju bahaya, seperti pohon, atau dinding dan membujuk pasangan untuk mengeksplorasi berbagai bau dan tekstur tanpa menggunakan kata-kata.
        Kedua pasangan juga bertukar peran, kemudian mendiskusikan pengalaman mereka. Contoh lain dari latihan encounter adalah di mana dua mitra duduk kembali ke belakang dan melakukan percakapan. Pasangannya kemudian memproses pengalaman berbicara tanpa isyarat visual.

d.      Behavioral Techniques
        Banyak teknik behavior seperti modeling, pelatihan keterampilan, memecahkan masalah dan relaksasi juga digunakan dalam terapi kelompok. Misalnya, dalam kelompok pelatihan asertif, peserta dijelaskan situasi di mana mereka ingin menjadi lebih tegas. Peserta akan mendapatkan ide-ide untuk bagaimana menangani situasi. Situasi dapat dilatih berulang-ulang sampai peserta merasa puas dengan kemampuannya untuk berperilaku asertif.

e.      Dance and Art Therapy
        teknik ini akan mendorong kesadaran tubuh, gerakan kreatif, dan interpersonal empati. Anggota kelompok berpasang-pasangan. Satu orang mengambil peran sebagai pemimpin, dan pengikutnya mencoba untuk menjadi bayangan cermin dari pemimpin, mengikuti gerakan pemimpin semirip mungkin. Mematung adalah teknik terapi seni di mana peserta diminta untuk mematung merupakan representasi dari diri mereka sendiri, keluarga mereka, dunia mereka, masalah mereka, dan kemudian menceritakan hasil dengan anggota kelompok lainnya.


Referensi:
Brammer, L. M. (1994). Therapeutic psychology fndamentals of counseling and psychotherapy. Fifth Edition. New Jersey: Prentice Hall.
Corey, G. (1982). Theory and practice of counseling and psychotherapy. Belmont, CA: Brooks/Cole Publishing Company.