LINK GUNADARMA

Banner Link Gunadarma

Kamis, 19 Mei 2016

Tugas 3 Psikoterapi

A.      Terapi Behavior (Behavior Therapy)

            1.       Konsep Dasar
                Terapi behavior adalah salah satu teknik yang digunakan dalam menyelesaikan tingkah laku yang ditimbulkan oleh dorongan dari dalam dan dorongan untuk memnuhi kebutuhan hidup, yang dilakukan melalui proses belajar agar bisa bertindak dan bertingkah laku lebih efektif, lalu mampu menghadapi situasi dan masalah dengan cara yang lebih efektif dan efisien.

            2.       Unsur-Unsur Terapi Behavior
a.       Tujuan Terapi
        Tujuan terapi behavior secara umum adalah untuk belajar menciptakan kondisi baru dengan asumsi bahwa belajar dapat memperbaiki masalah perilaku dan untuk meningkatkan kehidupan pribadi yang lebih efektif.

b.      Fungsi dan Peran Terapis
1)      Secara sistematis berusaha untuk mendapatkan informasi tentang anteseden situasional, dimensi perilaku masalah, dan konsekuensi dari masalah.
2)      klarifikasi masalah klien bersama dengan klien
3)      merencanakan target perilaku
4)      memformulasikan tujuan terapi
5)      mengidentifikasi kondisi
6)      melaksanakan rencana
7)      evaluasi keberhasilan dari perubahan rencana
8)      melakukan tindak lanjut asesmen.
        Fungsi lain yang penting sebagai terapis adalah menjadi role modeling bagi klien. Salah satu proses dasar dimana klien belajar perilaku baru adalah melalui imitasi. Terapis sebagai pribadi menjadi model yang signifikan.

c.       Pengalaman Klien dalam Terapi
        Klien harus termotivasi untuk berubah dan harus bersedia untuk bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan terapi, baik selama sesi terapi dan dalam kehidupan sehari-hari. Jika klien tidak termotivasi, kemungkinan tipis bahwa terapi akan berhasil. Setelah terapi behavior sukses, klien mengalami peningkatan dalam memilih untuk berperilaku dengan baik secara pribadi.

d.      Hubungan antara Terapis dan Klien
        Pada terapi behavior, faktor seperti kehangatan, empati, keaslian, permisif, dan penerimaan yang diperlukan, tetapi tidak cukup untuk perubahan perilaku. Terapis behavior cenderung aktif dan direktif dan berfungsi membantu memecahkan masalah, Terapis juga harus bisa mendapatkan respect dari klien.

               3.       Teknik-Teknik Terapi Behavior
                Untuk mencapai tujuan dalam proses konseling diperlukan teknik-teknik yang digunakan untuk pengubahan perilaku.
a.       Desensitisasi sitematis
        Desensitisasi sistematis merupakan teknik relaksasi yang digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuan secara negatif, biasanya berupa kecemasan, dan menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan dengan cara memberikan stimulus yang secara perlahan dan santai.

b.      Terapi implosif
        Terapi implosif dikembangkan atas dasar pandangan tentang seseorang yang secara berulang-ulang dihadapkan pada situasi kecemasan dan konsekuensi-konsekuensi yang menakutkan ternyata tidak muncul, maka kecemasan akan hilang. Atas dasar itu klien diminta untuk membayangkan stimulus-stimulus yang menimbulkan kecemasan.

c.       Latihan perilaku asertif
        Latihan perilaku asertif digunakan untuk melatih individu yang mengalami kesulitan untuk menyatakan dirinya bahwa tindakannya layak atau benar.

d.      Pengkondisian aversi
        Teknik pengkondisian diri digunakan untuk meredakan perilaku simptomatik dengan cara menyajikan stimulus yang tidak menyenangkan, sehingga perilaku yang tidak dikehendaki tersebut terhambat kemunculannya.

e.      Pembentukkan perilaku model
        Perilaku model digunakan untuk membentuk perilaku yang sudah terbentuk dengan menunjukkan kepada klien tentang perilaku model audio, model fisik, atau lainnya yang dapat diamati dan diahami jenis perilaku yang akan dicontoh.

f.        Kontrak perilaku
        Kontrak perilaku adalah persetujuan antara dua orang atau lebih untuk mengubah perilaku tertentu pada klien. Dalam terapi nin konselor memberikan ganjaran positif yang penting dibandingkan memberikan hukuman jika kontrak tidak berhasil.

g.       Token ekonomi
        Token ekonomi dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku apabila persetujuan dan pemerkuat yang tidak bisa diraba lainnya tidak memberikan pengaruh. Dalam token ekonomi, tingkah laku yang layak bisa diperkuat dengan perkuatan yang nyata yang nantinya bisa ditukarkan dengan objek atau hak istimewa yang diinginkan. Tujuan prosedur ini adalah mengubah motivasi yang ekstrinsik menjadi motivasi yang intrinsik. Diharapkan bahwa perolehan tingkah laku yang diinginkan akhirnya dengan sendirinya akan menjadi cukup mengganjar untuk memelihara tingkah laku yang baru.
B.      Terapi Rasional Emotif (Rational-Emotive Therapy)

  1. Konsep Dasar Pandangan Rasional Emotif tentang Perilaku/Kepribadian
                Terapi rasional-emotif ini didasarkan pada asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi rasional, berpikir lurus dan tidak rasional, berpikir tidak lurus. Orang memiliki kecenderungan untuk mempertahankan diri, kebahagiaan, pemikiran dan verbalisasi, penuh kasih,bertemu dengan orang lain, berpertumbuh dan aktualisasi diri. Manusia juga memiliki kecenderungan untuk penghancuran diri, menghindari pemikiran, penundaan, pengulangan tanpa akhir dari kesalahan, intoleransi, perfeksionisme dan menyalahkan diri sendiri, dan menghindari mengaktualisasikan potensi selama perkembangan.

  1. Unsur-Unsur Terapi Rasional Emotif
                Unsur-unsur terapi rasional emotif menurut Corey (1982) adalah sebagai berikut:

Tujuan Terapi
        Ellis (1979) mengelompokkan arah dari RET terhadap klien:
1)      Self-Interest =  tanpa menjadi benar-benar diserap ke dalam diri mereka, orang yang sehat secara emosional memiliki kapasitas untuk tertarik pada diri mereka sendiri.
2)      Social-Interest =  manusia jarang memilih untuk menyendiri, dan mereka memiliki kepentingan dalam hidup secara efektif dengan orang lain dalam kelompok sosial.
3)      Self-Direction =  meskipun secara emosional orang yang sehat mungkin lebih suka kerjasama dan dukungan orang lain, namun mereka tidak menuntut dukungan ini. mereka mampu memikul tanggung jawab untuk kehidupan mereka sendiri, dan mereka dapat bekerja untuk memecahkan secara independen sebagian besar masalah mereka sendiri.
4)      Tolerance = orang dewasa dapat tidak menghukum kesalahan orang lain atas perilaku orang tersebut.
5)      Flexibility =  orang sehat tetap fleksibel dalam ide-ide mereka, terbuka untuk berubah.
6)      Commitment =  individu yang sehat memiliki kapasitas untuk menjadi benar-benar diserap dalam sesuatu di luar diri mereka sendiri.
7)      Self-Acceptance =  orang sehat menerima diri karena mereka masih hidup, dan mereka menghindari mengukur diri mereka dengan prestasi eksternal dari evaluasi orang lain.

  1. Teknik-Teknik Terapi Rasional Emotif
a.       Cognitive Methods
                RET sangat bergantung pada pemikiran, berselisih, berdebat, menantang, menafsirkan, menjelaskan, dan pengajaran. Berikut adalah beberapa teknik kognitif yang dapat dilakukan oleh terapis:
1)      Disputing of Irrational Beliefs: metode kognitif yang paling umum dari RET terdiri dari aktif/direktif menentang keyakinan irasional klien. Terapis menunjukkan klien bahwa mereka terganggu bukan karena peristiwa atau situasi tertentu tetapi karena persepsi klien tentang peristiwa dan karena sifat dan pernyataan terhadap diri mereka. Terapis menantang keyakinan irasional dengan mengajukan pertanyaan seperti: dimanakah bukti keyakinan Anda? mengapa hidup anda bisa mengerikan jika hidup tidak seperti yang Anda inginkan?
2)      Cognitive Homework: klien diberikan tugas, yang merupakan cara untuk melacak keharusan absolut yang merupakan bagian dari diri mereka. Seperti orang dengan bakat akting, namun takut berada di depan banyak orang karena takut gagal, orang tersebut diminta latihan melakukan sedikit akting di panggung, lalu terapis memberi pesan kepada orang tersebut untuk mengatakan sesuatu seperti: "saya bisa akting, saya akan melakukan yang terbaik yang saya dapat lakukan, tidak ada orang yang seperti saya, dan ini bukanlah akhir dari dunia."
3)      Client's Disputing of an Irrational Belief: dengan teknik ini, klien melakukan satu hal yang menjadi irasionalitas utama setiap hari selama sedikitnya sepuluh menit. Klien melakukan hal tersebut sampai keyakinan irasional tidak lagi berusaha ditahan, atau sampai berkurang.
4)      Bibliotherapy: meminta klien untuk membaca literatur rasional-emotif, yang dirancang untuk membantu mereka dalam proses restrukturisasi kognitif.
5)      Employing New Self-Statements: setelah klien belajar untuk melawan keyakinan merusak diri sendiri, kemudian melakukan pengajaran yang mengarah ke pernyataan rasional dan asumsi yang konstruktif.

b.      Emotive Techniques
                Secara emotif, terapis menggunakan berbagai prosedur, termasuk penerimaan tanpa syarat, rasional-emotif bermain peran, modeling, self-statements, citra rasional-emotif, dan latihan menyerang rasa malu. Klien diajarkan nilai penerimaan diri tanpa syarat. Meskipun perilaku mereka mungkin sulit untuk menerima, mereka sebagai pribadi memiliki nilai intrinsik. Mereka diajarkan bagaimana merusak itu adalah untuk menempatkan diri merasa kekurangan. Salah satu teknik utama mengajar klien penerimaan diri adalah modeling.

c.       Behavioral Techniques
                Praktisi biasanya menggunaka operant conditioning, self-management principles, systematic desensitization, instrumental conditioning, biofeedback, teknik relaksasi, dan modeling. Klien benar-benar melakukan hal-hal baru dan sulit, dan dengan cara ini mereka menempatkan pengetahuan mereka dengan bentuk tindakan nyata.

C.      Terapi Kelompok (Group Therapy)
  1. Konsep Dasar
                Fokus dari terapi kelompok adalah pada terapi yang dilakukan pada dinamika kelompok dan kemampuan interpesonal, bukan pada perubahan kepribadian dasar. Terapi kelompok lebih berfokus pada perbaikan dan rekonstruksi sifat dari pada pengelolaan masalah perkembangan yang sedang terjadi. Karena populasi klien yang cenderung menderita masalah emosional yang lebih parah, penawaran psikoterapi kelompok dengan kesulitan masalalulah yang menghambat fungsi saat ini.
                Terapi kelompok biasanya mencoba untuk membantu peserta untuk mengalami kembali situasi yang menyakitkan dan untuk mengekspresikan perasaan secara intensif, seperti kebencian intens. karena ini pengalaman traumatis yang muncul kembali dalam kelompok, peserta mendapatkan wawasan tentang bagaimana masalalu mereka yang penuh dinamika secara sadar mengganggu fungsi kelompok. Terapi ini cenderung dilakukan dengan durasi yang relatif lama. Terapi kelompok dapat didasarkan pada berbagai model terapi termasuk psikoanalisis, behavior, dan kerangka kerja fenomenologis.

  1. Unsur-Unsur Terapi Kelompok
a.       Tujuan terapi
        Meningkatkan identitas diri, menyalurkan emosi dna membagi perasaan antar sesama didalam kelompok, meningkatkan keterampilan hubungan sosial, meningkatkan kemampuan hidup mandiri.

b.      Fungsi Terapis
        Wolf (1963) menemukan fungsi-fungsi lain dari konselor sebagai pemimpin kelompok, yaitu :
1)      Berusaha untuk mengakui kesalahan sendiri dan merasa rela memberikan beberapa fungsi kepemimpinan kepada para anggota kelompok, apabila fungsi itu mempunyai manfaat terapeutik bagi kelompoknya.
2)      Menghindari sikap diktator dan gaya kepemimpinan yang memojokkan anggota untuk mengikuti pendapat terapis.
3)      Menyambut baik pernyataan pengalihan dalam kelompok sebagai kesempatan untuk keberhasilan kerja.
4)      Membimbing anggota ke arah kesadaran penuh dan ke arah integrasi sosial.
5)      Melihat kelompok yang dipimpinnya sebagai wahana yang mempunyai potensi yang kuat.
6)      Mengakui kemampuan potensial para anggota kelompok dalam menafsirkan dan mengintegrasikan materi yang dihasilkan oleh anggota lain dan mengakui kemampuan mereka untuk mendekati kebenaran yang tidak disadarinya.
7)      Waspada terhadap perbedaan individual di dalam kelompoknya.
8)      Menggunakan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan konflik di dalam kelompok.
9)      Mempertahankan sikap optimis apabila kelompok mulai merasa bimbang.
10)   Memberi contoh mengenai kesederhanaan, kejujuran dan bertindak langsung.
11)   Menciptakan suasana emosional yang bebas dengan membuka perasaannya.

  1. Teknik-Teknik Terapi Kelompok
                Menurut Brammer, Shostrom dan Abrego (1994), teknik-teknik dalam terapi kelompok adalah sebagai berikut:
a.       Psychodrama Techniques
        Psikodrama sebagai teknik bermain peran untuk membantu klien dengan menerapkan adegan dari masalah mereka yang akan meningkatkan pemahaman mereka tentang konflik mereka.
        Bermain peran akan membantu klien memperoleh perspektif yang lebih baik dari diri mereka sendiri dan orang lain. dapat digunakan, misalnya, untuk berlatih menghadapi situasi sosial yang sulit klien.
        Bahkan ketika bisa digunakan dalam situasi kelompok pekerja yang memenuhi syarat, penekanan harus ditempatkan pada kenyataan bahwa banyak komplikasi dapat timbul jika tidak dilakukan dengan benar. Bach (1954) memperingatkan efek traumatis kemungkinan akan tereksternalisasi mengancam melalui bermain peran.

b.      T-Group Techniques
        Salah satu kontribusi utama dari Training (T) kelompok untuk para klien memahami proses pengambilan keputusan mereka sendiri. Kelompok diberikan daftar 15 barang dan diminta untuk mengurutkan peringkat barang-barang tersebut dimulai dari hal yang penting bagi mereka untuk bertahan hidup. Kelompok ini kemudian diminta untuk berdiskusi mengenai pengalaman mereka, mengeksplorasi pola kepemimpinan, resolusi konflik, dan proses pengambilan keputusan.

c.       Encounter Techniques
        Teknik encounter (pertemuan) dimanfaatkan untuk meningkatkan kesadaran diri. Misalnya, digunakan untuk memperluas kesadaran sensorik dan kepercayaan interpersonal. Peserta secara berpasangan diminta untuk memandu pasangan dengan mata tertutup dan menggunakan tangan untuk mengeksplorasi sambil berjalan. Memandu untuk melindungi pengikut/pasangannya dari setiap langkah menuju bahaya, seperti pohon, atau dinding dan membujuk pasangan untuk mengeksplorasi berbagai bau dan tekstur tanpa menggunakan kata-kata.
        Kedua pasangan juga bertukar peran, kemudian mendiskusikan pengalaman mereka. Contoh lain dari latihan encounter adalah di mana dua mitra duduk kembali ke belakang dan melakukan percakapan. Pasangannya kemudian memproses pengalaman berbicara tanpa isyarat visual.

d.      Behavioral Techniques
        Banyak teknik behavior seperti modeling, pelatihan keterampilan, memecahkan masalah dan relaksasi juga digunakan dalam terapi kelompok. Misalnya, dalam kelompok pelatihan asertif, peserta dijelaskan situasi di mana mereka ingin menjadi lebih tegas. Peserta akan mendapatkan ide-ide untuk bagaimana menangani situasi. Situasi dapat dilatih berulang-ulang sampai peserta merasa puas dengan kemampuannya untuk berperilaku asertif.

e.      Dance and Art Therapy
        teknik ini akan mendorong kesadaran tubuh, gerakan kreatif, dan interpersonal empati. Anggota kelompok berpasang-pasangan. Satu orang mengambil peran sebagai pemimpin, dan pengikutnya mencoba untuk menjadi bayangan cermin dari pemimpin, mengikuti gerakan pemimpin semirip mungkin. Mematung adalah teknik terapi seni di mana peserta diminta untuk mematung merupakan representasi dari diri mereka sendiri, keluarga mereka, dunia mereka, masalah mereka, dan kemudian menceritakan hasil dengan anggota kelompok lainnya.


Referensi:
Brammer, L. M. (1994). Therapeutic psychology fndamentals of counseling and psychotherapy. Fifth Edition. New Jersey: Prentice Hall.
Corey, G. (1982). Theory and practice of counseling and psychotherapy. Belmont, CA: Brooks/Cole Publishing Company.