Apa itu Psikoterapi?
Psikoterapi merupakan suatu alat yang efektif dalam
membantu individu yang menderita untuk meningkatkan rasa fleksibilitas,
kebebasan dan kesenangan dalam hidup mereka. Psikoterapi membantu orang menjadi
pemecah persoalan yang lebih kompeten dan menjadi orang yang lebih adaptif.
Selanjutkan akan dijelaskan lebih rinci mengenai
Pengertian Psikoterapi, Tujuan Psikoterapi, Unsur Psikoterapi, Perbedaan antara
Psikoterapis dengan Konseling, dan Pendekatannya Terhadap Mental Ilness
1. Pengertian Psikoterapi
Psikoterapi yang lahir pada pertengahan dan akhir
abad yang lalu, dilihat secara etimologis mempunyai arti sedehana, yakni
“psyche” yang artinya jelas, yaitu “mind” atau sederhananya: jiwa dan
“theraphy” dari Bahasa Yunani yang berarti “merawat” atau “mengasuh”, sehingga
psikoterapi dalam arti sempiynya adalah “perawatan terhadap aspek kejiwaan”
seseorang. Dalam Oxford English Dictionary, perkataan “psychotherapy” tidak
tercantum, tetapi ada perawatan “psychotherapeutic” yang diartikan sebagai
perawatan terhadap sesuatu penyakit dengan mempergunakan teknik psikologis
untuk melakukan intervensi psikis.
2. Tujuan Psikoterapi
- Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikodinamik
menurut Ivey, et all (1987) adalah membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi
sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama.
- Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisis
menurut Corey (1991) dirumuskan sebagai : membuat sesuatu yang tidak sadar
menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien dalam menghidupkan kembali
pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui konflik-konflik
yang ditekan melalui pemahaman intelektual.
3. Unsur Psikoterapi
Menurut Masserman (lihat Karasu, 1984) telah
melaporkan tujuh “parameter pengaruh” dasar yang mencakup unsur-unsur lazim
pada semua jenis psikoterapi. Dalam hal ini termasuk peran sosial (“martabat”)
psikoterapis, hubungan (persekutuan terapeutik), hak, retrospeksi, re-edukasi,
rehabilitasi, resosialisasi, dan ekapitulasi.
4. Perbedaan Antara Psikoterapi dan Konseling
- Konseling dan psikoterapi dapat dipandang berbeda
lingkup pengertian antara keduanya. Istilah “psikoterapi” mengandung arti ganda.
Pada satu segi, ia menunjuk pada sesuatu yang jelas, yaitu satu bentuk terapi
psikologis. Tetapi pada lain segi, ia menunjuk pada sekelompok terapi
psikologis, yaitu suatu rentangan wawasan luas tempat hipnotis pada satu titiki
dan konseling pada titik lainnya. Dengan demikian, konseling merupakan salah
satu bentuk psikoterapi
- Konseling lebih berfokus pada konseren, ikhwal,
masalah, pengembangan-pendidikan-pencegahan. Sedangkan psikoterapi lebih
memfokus pada konseren atau masalah penyembuhan-penyesuaian-pengobatan.
- Konseling dijalankan atas dasar (atau dijiwai
oleh) falsafah atau pandangan terhadap manusia, sedangkan psikoterapi
dijalankan berdasarkan ilmu atau teori kepribadian dan psikopatologi.
- Konseling dan psikoterapi berbeda tujuan dan cara
mencapai tujuan masing. Dijelaskan dengan cukup gambling oleh S. Narayana Rao
bahwa tujuan psikoterapi adalah mengatasi kelemahan – kelemahan tertentu
melalui beberapa cara praktis, mencakup “pembedahan-psikis” (psycho-surgery)
dan pembedahan otak. Konselor, pada lain pihak, berurusan dengan identifikasi
dan pengembangan kekuatan – kekuatan positif pada individu. Ini dilakukan
dengan membantu klien untuk menjadi seorang yang berfungsi secara sempurna,
fully functioning person.
5. Pendekatan Terhadap Mental Illness
J.P Chaplin berpendapat bahwa mental illness atau
mental disorder (kekacauan mental, penyakit mental) merupakan ketidakmampuan
menyesuaikan diri yang serius sifatnya, yang mengakibatkan ketidakmampuan
tertentu. Sumber kekacauan tersebut bisa bersifat psikogenesis maupun organis,
dan mencakup reaksi psikotis maupun reaksi neurotis yang lebih serius.
Ada beberapa pendekatan psikoterapi mental illness menurut J.P Chaplin,
diantaranya;
- Biological: Meliputi keadaan mental organic, penyakit afektif,
psikosis dan penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika
(1854) pendekatan ini lebih manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu
adalah penyakit mental disebabkan karena kurangnya insulin.
- Psychological: Meliputi suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap
perfungsian yang buruk, sekuel pasca-traumatik, kesedihan yang tak
terselesaikan, krisis perkembangan, gangguan pikiran dan respon emosional penuh
stress yang ditimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh
sosial, ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan
pertumbuhan sepanjang hidup individu.
- Sosiological: Meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial,
makna sosial atau budaya dari gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini
harus mempertimbangkan pengaruh proses-proses sosialisasi yang
berlatarbelakangkan kondisi sosio-budaya tertentu.
- Philoshopic: Kepercayaan terhadap martabat dan harga diri
seseorang dan kebebasan diri seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya.
Dalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap ada, yakni menghargai system nilai
yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharusan atau pemaksaan.
Terapi Psikoanalisis
Psikoanalisis adalah salah satu aliran psikologi
kepribadian dan yang meletakan dasar metodologi kajian psikologi. Pada dasarnya
ia adalah satu aliran psikoterapi. Ide dasarnya adalah adanya upaya mengangkat
pikiran tidak sadar untuk muncul ke permukaan dan disadari eksistensinya dengan
cara asosiasi bebas.Tujuannya adalah untuk membantu pasien dalam menyadari
problematika yang dihadapinya dan mengendalikan goncangan kejiwaan yang berasal
darinya.
1.
Konsep Dasar Teori Psikoanalisis
Struktur Kepribadian
- Id : merupakan komponen biologis, tempat bersemayam naluri-naluri.
- Ego : merupakan komponen psikologis, tempat mengantarai naluri-naluri dengan lingkungan sekitar.
- Superego : merupakan komponen sosial, tempat mempresentasikan
nilai-nilai tradisional dan ideal-ideal masyarakat yang diajarkan oleh
orang tua kepada anak.
Pandangan Tentang Sifat Manusia
Pandangan Freudian
tentang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministic,
mekanistik dan reduksionistik. Menurut Freud, manusia dideterminasi oleh
kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tak sadar,
kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah, dan
oleh peristiwa-peristiwa psikoseksual yang terjadi selama lima tahun
pertama dari kehidupan.
Kesadaran dan Ketidaksadaran
Bagi Freud kesadaran
merupakan bagian terkecil dari keseluruhan jiwa. Seperti gunung es yang
mengapung yang bagian terbesarnya berada dibawah permukaan air, bagian
jiwa yang terbesar berasa dibawah permukaan kesadaran. Ketidaksadaran
itu menyimpan pengalaman-pengalaman, ingatan-ingatan, dan bahan-bahan
yang direpresi. Kebutuhan-kebutuhan dan motivasi-motivasi yang tidak
bisa dicapai yakni terletak diluar kesadaran juga berada diluar daerah
kendali.
Kecemasan
Kecemasan adalah suatu
keadaan tegang yang memotivasi kita untuk berbuat sesuatu. Fungsinya
adalah memperingatkan adanya ancaman bahaya, yakni sinyal bagi ego yang
akan terus meningkat jika tindakan-tindakan yang layak untuk mengatasi
ancaman bahaya itu tidak diambil.
Mekanisme-mekanisme Pertahanan Ego
- Penyangkalan adalah pertahanan melawan kecemasan dengan “menutup mata” terhadap keberadaan kenyataan yang mengancam.
- Proyeksi adalah mengalamatkan sifat-sifat tertentu yang tidak bisa diterima oleh ego kepada orang lain.
- Fiksasi adalah menjadi “terpaku” pada tahap-tahap perkembangan yang
lebih awal karena mengambil langkah ketahap selanjutnya bisa menimbulkan
kecemasan.
- Regresi adalah melangkah mundur ke fase perkembangan yang lebih awal yang tuntutan-tuntutannya tidak terlalu besar.
- Rasionalisasi adalah menciptakan alasan-alasan yang “baik” guna menghindarkan ego dari cedera.
- Sublimasi adalah menggunakan jalan keluar yang lebih tinggi atau
yang secara sosial lebih dapat diterima bagi dorongan-dorongannya.
- Displacement adalah mengarahkan energy kepada objek atau orang lain
apabila objek asal atau orang yang sesungguhnya, tidak bisa dijangkau.
- Represi adalah melupakan isi kesadaran yang traumatis atau bisa membangkitkan kecemasan.
- Formasi reaksi adalah melakukan tindakan yang berlawanan dengan hasrat-hasrat tak sadar.
Perkembangan Kepribadian
- Fase oral : dari lahir sampai akhir usia satu tahun seorang bayi
menjalani fase oral. Mengisap buah dada ibu untuk memuaskan kebutuhannya
akan makanan dan akan kesenangan, karena mulut dan bibir merupakan zona
erogen yang peka selama fase oral ini. Bayi mengalami kenikmatan erotic
dari tindakan mengisapnya.
- Fase anal : bermula dari tahun kedua dan berlanjut hingga tahun
ketiga, fase anal memiliki arti penting bagi pembentukan kepribadian.
Metode toilet training dan perasaan-perasaan, sikap-sikap dan
reaksi-reaksi orang tua terhadap anak pada fase ini bisa memiliki efek
jau ke depan atas pembentukan kepribadian.
- Fase falik : mulai usia tiga tahun sampai dengan lima tahun. Selama
fase falik ini, aktivitas seksual menjadi lebih intes dan perhatian
dipusatkan pada alat-alat kelamin. Anak perlu belajar menerima perasaan
seksualnya sebagai hal yang alamiah dan belajar memandang tubuhnya
sendiri secara sehat.
- Fase laten : Fase ini sangat penting dalam pengembangan keterampilan
sosial dan komunikasi dan kepercayaan diri. Freud menggambarkan fase
laten sebagai salah satu yang relatif stabil. tidak ada organisasi baru
seksualitas berkembang, dan dia tidak membayar banyak perhatian untuk
itu.
- Fase genital : Fase akhir perkembangan psikoseksual, individu
mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis. tujuan dari
tahap iniadalah untuk menetapkan keseimbangan antara berbagai bidang
kehidupan
2. Unsur-Unsur Terapi Psikoanalisis
Tujuan Terapi Psikoanalitik
Tujuan terapi psikoanalitik adalah membentuk kembali
struktur karakter individual dengan jalan membuat kesadaran yang tidak disadari
didalam diri klien. Proses terapi difokuskan pada upaya mengalami kembali
pengalaman-pengalaman masa anak-anak, direkonstruksi, dibahas, dianalisis, dan
ditafsirkan dengan sasaran merekonstruksi kepribadian.
Fungsi dan Peran Terapis
Karakteristik psikoanalisi adalah terapi atau analis
membiarkan dirinya anonim sera hanya berbagi sedikit perasaan dan pengalaman
sehingga klien memproyeksikan dirinya kepada analis. Analis berusaha membantu
klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan
hubungan personal dalam menangani kecemasan serta secara realistis. Yang
dilakukan klien sebagian besar adalah berbicara, yang dilakukan oleh analis
adalah mendengarkan dan berusaha untuk mengetahui kapan dia harus membuat
penafsiran yang layak untuk mempercepat proses penyingkapan hal-hal yang tidak
disadari.
3. Teknik Terapi Psikoanalisis
Asosiasi Bebas
Dalam teknik ini klien disuruh
untuk duduk santai atau tidur lalu menceritakan semua pengalaman yang terlintas
dalam benaknya baik yang teratur maupun yang tidak, sepele atau penting, logis
atau tidak logis, relevan atau tidak, semuanya harus diungkapkan. Asosiasi-asosiasi yang diucapkan itu kemudian ditafsirkan sebagai pengungkapan tersamar
pengalaman-pengalaman yang di repress.
Analisis Mimpi
Freud memandang mimpi sebagai
jalan utma menuju kea lam tak sadar karena isi mimpi ditentukan oleh keinginan-keinginan yang direpres. Keinginan-keinginan itu mucul lagi dalam bentuk
simbol sebagai jalan menuju pemuasan.
Analisis Transferensi
Terjadi kalau dalam
pertemuan terapi terungkap adanya displacement dalam diri pasien. Hal itu
terjadi kalau pasien mengalihkan sasaran perasaan cinta atau bencinya kepada
terapeuti yang menanganinya. Tranferensi itu menunjukan kebutuhan pasien untuk
mengekspresikan kebutuhannya. Semua ini berlangsung secara tidak sadar,
terapeut sering jadi sasaran atau pengganti. Disini terapeut berusaha untuk
menjelaskan perasaan – perasaan yang sedang dialami atau yang diekspresikannya
pada terapeut, sehingga pasien memiliki satu pemahaman yang lengkap mengenai
kesulitan yang sedang dialami.
sumber:
Basuki,
H. (2008). Psikologi umum. Jakarta :
Universitas Gunadarma.
Chaplin, J.P. (2006). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Corey,
G. (2007). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung:
Refika Aditama.
Gunarsa, S.D. (1992). Konseling dan psikoterapi. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.