LINK GUNADARMA

Banner Link Gunadarma

Rabu, 09 April 2014

Tugas 5 MIAD

KEDELAI TRANSGENIK DAN PERMASALAHANNYA








            Kedelai dikenal dengan berbagai nama: sojaboom, soja, soja bohne, soybean, kedele, kacang ramang, kacang bulu, kacang gimbol, retak mejong, kaceng jepun, lebui bawak, lawui, sarupa tiak, dole, kadule, puwe non, kacan kuning (aceh) dan gadelei. Berbagai nama ini menunjukkan bahwa kedelai telah lama dikenal di Indonesia.
Berdasarkan peninggalan arkeologi, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 3500 tahun yang lalu di Asia Timur. Kedelai putih diperkenalkan ke Nusantara oleh pendatang dari Cina sejak maraknya perdagangan dengan Tiongkok, sementara kedelai hitam sudah dikenal lama orang penduduk setempat.
Orang Cina merupakan pengguna kacanng kedelai sebagai makanan yang pertama. Pada sekitar tahun 1100BC, kacang kedelai telah ditanam di bagian selatan tengah Cina dan dalam waktu singkat menjadi makanan pokok diet Cina. Kacang kedelai telah diperkenalkan di jepang sekitar tahun 100 AD dan meluas ke seluruh Negara-negara Asia secara pesat. Kacang kedelai dikenal di Eropa sekitar tahun 1500 AD. Pada awal abab ke-18, kacang kedelai telah ditanam secara komersial di Amerika Serikat.
Tanaman transgenik adalah suatu produk rekayasa genetika melalui transformasi gem dari makhluk hidup lain ke dalam tanaman yang tujuannya untuk menghasilkan tanaman baru yang memiliki sifat unggul yang lebih baik dari tanaman sebelumnya.
Hingga saat ini sudah ratusan gen dari berbagai sumber yang berhasil dipindahkan ke tanaman dan memunculkan ratusan jenis varietas tanaman baru yang disebut tanaman transgenik. Namun sebagian besar tanaman transgenik tersebut belum dipasarkan. Hingga tahun 2000 baru 24 jenis tanaman transgenik yang dikomersialkan di Amerika, diantaranya termasuk empat kelompok tanaman transgenik utama yaitu: (1) kedelai transgenik yang menguasai 36% dari 72 ha area global tanaman kedelai, (2) kapas transgenik mancakup 36% dari 34 juta ha, (3) kanola transgenik mencakup 11% dari 25 juta ha, dan (4) jagung transgenik 7% dari 140 juta ha.
Pada kedelai transgenik, gen bakteri tanah Bacillus thuringiensis (sering disebut Bt) “digunting” dan “direkatkan” pada gen kedelai untuk membuat kedelai tahan hama. Di alam, bakteri Bt menghasilkan senyawa yang bisa membunuh larva serangga tertentu. Jadi, “mengawinkan” gen Bt dengan gen pestisidanya sendiri. Dengan rekayasa genetika, kedelai transgenik juga didesain tahan terhadap herbisida.
Pro dan Kontra Tanaman Transgenik
            Perkembangan transgenik yang luar biasa di 3 tahun terakhir membawa kekhawatiran dan persepsi msyarakat umum. Kekhawatiran dan persepsi ini telah muncul lebih seperempat abad lalu setelah Herbert Boyer dan Stanley Cohen pada tahun 1973 berhasil untuk pertama kalinya mengembangkan transgenik, meskipun secara alamiah rekombinasi DNA sebenarnya juga terjadi (BPPT, 2000).
Tanaman transgenik ini menjadi pro dan kontra bagi masyarakat di dunia karena belum adanya penjelasan yang tepat mengenai aman atau tidaknya tanaman transgenik untuk di konsumsi oleh manusia. Dengan demikian, muncul pandangan-pandangan dari beberapa kelompok yang setuju terhadap tanaman transgenik dan juga dari beberapa kelompok yang menentang terhadap tanaman transgenik.

  1. Pandangan kelompok yang setuju terhadap tanaman transgenik.
Beberapa kelompok yang setuju dengan tanaman transgenik menganggap bahwa tanaman transgenik memiliki kualitas lebih dibandinng tanaman konvensional, yaitu: kandungan nutrisi lebih tinggi, tahan hama, tahan cuaca, umur pendek, dan sebagainya, sehingga penanaman komoditas tersebut dapat memenuhi kebutuhan pangan secara cepat dan menghemat devisa akibat penghematan pemakaian pestisida atau bahan kimia lain serta tanaman transgenik produksi lebih baik. Selain itu, teknik rekaysa genetika sam dengan pemuliaan tanaman yaitu memperbaiki sifat-sifat tanaman dengan menambah sifat-sifat ketahanan terhadap cekaman hama maupun lingkungan yang kurang menguntungkan sehingga tanaman transgenik memiliki kualitas lebih baik dari tanaman konvensional, serta bukan hal baru karena sudah lama dilakukan tetapi tidak disadari oleh masyarakat. Tanaman transgenik dianggap dapat mengurangi dampak kerusakan dan pencemaran lingkungan misalnya tanaman transgenik tidak perlu pupuk kimia, tidak perlu pestisida, dan lain-lain. Sehingga tanaman transgenik dapat membantu upaya perbaikan lingkungan.
  1. Pandangan kelompok yang menentang tanaman transgenik.

Beberapa kelompok yang tidak setuju tanaman transgenik menganggap bahwa tanaman transgenik yang dapat menyebabkan kemungkinan bahaya pencemaran biologis makhluk hidup lain, penyelewengan sifat toksin, munculnya alergi yang tidak diketahui dan antibiotik. Mereka menganggap bahwa bioteknologi rekayasa genetika bukan soal meningkatkan produksi pangan semata, tetapi lebih merupakan eksploitasi kehidupan dan system pendukung kehidupan demi mencari keuntungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar